Selasa, 04 Desember 2018

Mengenal peta dan cara membaca peta


Bagi seorang geograph sangat penting untuk mengenal peta. Peta berisi akan informasi informasi berupa bentuk simbol, garis, titik dan lain-lain. untuk mengetahui informasi-informasi tersebut kita harus bisa membaca peta. Video di bawah ini akan menjelaskan sekilas tentang peta dan cara membaca suatu peta.


Selasa, 13 November 2018

Jenis-jenis peta



Jenis-Jenis Peta

Peta dapat digolongkan berdasarkan bentuknya yaitu:

1.        Peta timbul, peta jenis ini menggambarkan bentuk  permukaan bumi yang sebenarnya, misalnya peta relief.
2.        Peta datar (peta biasa), peta umumnya yang dibuat pada bidang datar, misalnya kertas, kain atau kanvas.
3.        Peta digital, peta digital adalah peta yang datanya terdapat pada suatu pita magnetik atau disket, sedangkan pengolahan dan penyajian datanya menggunakan komputer. Peta digital dapat ditayangkan melalui monitor komputer atau layar televisi. Peta digital ini hadir seiring perkembangan teknologi komputer dan perlatan digital lainnya.

Penyajian gambaran permukaan bumi pada suatu peta datar dapat digolongkan dalam dua jenis bayangan grafis yaitu:
1.        Peta Garis, bayangan permukaan bumi pada peta terdiri atas garis, titik, dan area yang dilengkapi teks dan simbol sebagai tambahan informasi.
2.        Peta Citra/Foto, bayangan permukaan bumi disajikan dalam bentuk citra/foto yang merupakan informasi berasal dari sensor.

Data dan informasi yang disajikan pada suatu peta tergantung maksud dan tujuan pembuatannya, sehingga peta dapat dibedakan atas:
1.    Peta Topografi, peta yang menyajikan berbagai jenis informasi unsur-unsur alam dan buatan permukaan bumi dan dapat digunakan untuk berbagai keperluan pekerjaan. Peta topografi dikenal juga sebagai peta dasar, karena dapat digunakan untuk pembuatan peta-peta lainnya. Contoh peta yang digolongkan sebagai peta topografi:
·           Peta planimetrik, peta yang menyajikan beberapa jenis unsur permukaan bumi tanpa penyajian informasi ketinggian.
·           Peta kadaster/pendaftaran tanah, peta yang menyajikan data mengenai kepemilikan tanah, ukuran, dan bentuk lahan serta beberapa informasi lainnya.
·           Peta bathimetrik, peta yang menyajikan informasi kedalaman dan bentuk dasar laut.
2. Peta Tematik, peta yang menyajikan unsur/tema tertentu permukaan bumi sesuai dengan keperluan penggunaan peta tersebut. Data tematik yang disajikan dapat dalam bentuk kualitatif dan kuantitatif. Contoh peta yang digolongkan sebagai peta tematik:
·           Peta diagram, pada peta ini subyek tematik yang berelasi disajikan dalam bentuk diagram yang proporsional.
·           Peta distribusi, pada peta ini menggunakan simbol titik untuk menyajikan suatu informasi yang spesifik dan memiliki kuantitas yang pasti.
·           Peta isoline, pada peta ini menyajikan harga numerik untuk distribusi yang kontinu dalam bentuk garis yang terhubung pada suatu nilai yang sama.
  
Jenis peta berdasarkan skalanya
1.        Peta kadaster, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 100 sampai dengan 1 : 5.000. Contoh: Peta hak milik tanah.
2.        Peta skala besar, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 5.000 sampai dengan 1: 250.000. Contoh: Peta topografi
3.        Peta skala sedang, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 250.000 sampai dengan 1 : 500.000. Contoh: Peta kabupaten per provinsi.
4.        Peta skala kecil, yaitu peta yang memiliki skala antara 1 : 500.000 sampai dengan 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Provinsi di Indonesia.
5.        Peta geografi, yaitu peta yang memiliki skala lebih kecil dari 1 : 1.000.000. Contoh: Peta Indonesia dan peta dunia.
Berdasarkan sumber datanya, peta dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1.        Peta Induk (Basic Map). Peta induk yaitu peta yang dihasilkan dari survei langsung di lapangan. Peta induk ini dapat digunakan sebagai dasar untuk pembuatan peta topografi, sehingga dapat dikatakan pula sebagai peta dasar (basic map). Peta dasar inilah yang dijadikan sebagai acuan dalam pembuatan peta-peta lainnya.
2.        Peta Turunan (Derived Map). Peta turunan yaitu peta yang dibuat berdasarkan pada acuan peta yang sudah ada, sehingga tidak memerlukan survei langsung ke lapangan. Peta turunan ini tidak bisa digunakan sebagai peta dasar.

Jenis Peta Berdasarkan Keadaan Objek
1.         Peta dinamik, yaitu peta yang menggambarkan labil atau meningkat. Misalnya peta transmigrasi atau urbanisasi, peta aliran sungai, peta perluasan tambang, dan sebagainya.
2.         Peta stasioner, yaitu peta yang menggambarkan keadaan stabil atau tetap. Misalnya, peta tanah, peta wilayah, peta geologi, dan sebagainya.

Jenis Peta Statistik
1.        Peta statistik distribusi kualitatif, adalah peta yang menggambarkan kevariasian jenis data, tanpa memperhitungkan jumlahnya, contohnya: peta tanah, peta budaya, peta agama, dan sebagainya.
2.        Peta statistik distribusi kuantitatif, adalah peta yang menggambarkan jumlah data, yang biasanya berdasarkan perhitungan persentase atau pun frekuensi. Misalnya, peta penduduk, peta curah hujan, peta pendidikan, dan sebagainya.

Berdasarkan fungsi atau kepentingannya, peta dapat dibedakan menjadi:
1.         Peta geografi dan topografi;
2.         Peta geologik, hidrologi, dan hidrografi;
3.         Peta lalu lintas dan komunikasi;
4.         Peta yang berhubungan dengan kebudayaan dan sejarah, misalnya: peta bahasa, peta ras;
5.         Peta lokasi dan persebaran hewan dan tumbuhan;
6.         Peta cuaca dan iklim;
7.         Peta ekonomi dan statistik.



Konsep-konsep geografi

Ilmu geografi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang lokasi serta persamaan dan perbedaan keruangan atas fenomena fisik dan manusia di atas permukaan bumi. Pada tahun 1988 para ahli geografi menyelenggarakan seminar lokakarya dan menghasilkan 10 konsep esensial geografi yang mencakup konsep lokasi, jarak, keterjangkauan, morfologi, aglomerasi, nilai kegunaan, pola deferensiasi areal, interaksi, dan keterkaitan keruangan.

1. Konsep Lokasi
Konsep lokasi menjadi ciri khusus ilmu pengetahuan geografi. Secara pokok, konsep lokasi dibedakan menjadi dua, yaitu lokasi absolut dan relatif.
a. Lokasi absolut
Lokasi ini menunjukkan letak yang tetap terhadap sistem grid atau koordinat. Untuk menentukan lokasi ini, harus menggunakan letak secara astronomis, yaitu berdasarkan garis lintang dan garis bujur. Letak absolut bersifat tetap dan tidak berubah. Contohnya adalah suatu titik berlokasi pada 3 oLS dan 130 oBT terdapat di Papua. Selama standar perhitungan astronomis masih digunakan, maka titik lokasi tersebut tidak akan berubah.
b. Lokasi Relatif
Lokasi relatif sering disebut dengan letak geografis. Lokasi relatif sifatnya berubah-ubah dan sangat berkaitan dengan keadaan sekitarnya. Contohnya adalah suatu daerah yang terpencil dan sangat jarang penduduknya, tetapi selama bertahun-tahun ternyata di daerah itu kaya akan tambang, sehingga menyebabkan daerah tersebut menjadi ramai penduduk.

2. Konsep Jarak
Jarak berkaitan erat dengan lokasi, dan dinyatakan dengan ukuran jarak lurus di udara yang mudah diukur pada peta. Jarak dapat juga dinyatakan sebagai jarak tempuh, baik yang berkaitan dengan waktu perjalanan yang diperlukan maupun dengan satuan biaya angkutan. Jarak sebagai pemisah antara dua tempat bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.
Jarak pada hakikatnya adalah pemisah antarwilayah atau tempat, tetapi pengertian pemisah sekarang ini berubah sejalan dengan kemajuan-kemajuan antara lain di bidang teknologi (khususnya sarana transportasi) dan komunikasi.
Dengan berbagai teknologi transportasi (pesawat terbang dan kereta api express) dan teknologi komunikasi mutakhir (telepon seluler, mesin faksimili, dan internet) orang dapat dengan mudah dan cepat dalam berhubungan dengan orang lain, sehingga dewasa ini jarak bukan merupakan suatu faktor pemisah atau penghambat dalam kehidupan manusia.
3. Konsep Keterjangkauan
Keterjangkauan tidak selalu berhubungan dengan jarak. Keterjangkauan lebih berhubungan dengan kondisi medan yang berkaitan dengan sarana angkutan dan transportasi yang digunakan. Suatu tempat yang tidak memiliki jaringan transportasi dan komunikasi yang memadai maka dapat dikatakan daerah tersebut terisolasi atau terpencil. Ada beberapa penyebab suatu daerah mempunyai aksesibilitas atau keterjangkauan yang rendah, diantaranya kondisi topografi daerah tersebut yang bergunung, berhutan lebat, rawa-rawa, atau berupa gurun pasir.
Keterjangkauan atau aksesibilitas suatu daerah yang masih rendah lama-kelamaan akan berubah menjadi lebih baik seiring dengan perkembangan kemajuan perekenomian dan teknologi. Sebagai contoh kodisi fisik di wilayah Pulau Jawa yang relatif mempunyai aksesibilitasnya yang tinggi, dibandingkan dengan pulau Irian (Papua) yang aksesibilitasnya rendah karena wilayahnya berupa pegunungan dengan lerengnya yang terjal.

4. Konsep Morfologi
Morfologi merupakan perwujudan bentuk daratan muka bumi sebagai hasil pengangkatan atau penurunan wilayah seperti erosi dan pengendapan atau sedimentasi. Melihat peristiwa tersebut adsa wilayah yang berbentuk pulau, pegunungan, daratan, lereng, lembah, dan dataran aluvial. Morfologi dataran adalah perwujudan wilayah yang biasanya digunakan manusia sebagai tempat bermukim, untuk usaha pertanian, perekenomian. Pada umumnya, penduduk terpusat pada daerah-daerah lembah sunai besar dan tanah datar yang subur. Wilayah pegunungan dengan lereng terjal sangat jarang digunakan sebagai permukiman.


5. Konsep Aglomerasi
Aglomerasi atau pemusatan adalah kecenderungan persebaran penduduk yang bersifat mengelompok pada suatu wilayah yang relatif sempit dan bersifat menguntungkan, karena kesamaan gejala ataupun faktor-faktor umum yang menguntungkan. Penduduk di perkotaan cenderung tingal secara mengelompok pada tingkat sosial yang sejenis seperti permukiman elit atau mewah, permukiman khusus pedagang, kompleks perumahan pegawai negeri, atau permukiman kumuh. Di daerah pedesaan, pada umumnya penduduk mengelompok di daerah dataran yang subur.
Salah satu keuntungan yang didapat dengan adanya aglomerasi (pemusatan) penduduk dengan tingkat kepadatan yang tinggi adalah dimungkinkannya suatu sistem ekonomi yang memanfaatkan jumlah penduduk yang besar sebagai daerah pemsaran atau pelayanan, namun meliputi wilayah yang sempit. Dari sini dimungkinkan suatu efisiensi yang tinggi dalam produksi pengangkutan barang maupun pengadaan sarana pelayanan umum.
6. Konsep Nilai Kegunaan
Nilai kegunaan suatu fenomena di muka bumi bersifat relatif, artinya nilai kegunaan itu tidak sama, tergantung dari kebutuhan penduduk yang bersangkutan. Misalnya, penduduk yang tinggal di daerah pegunungan, mereka menganggap daerah pegunungan tidak memiliki nilai nilai kegunaan mereka berorientasi pada sumber-sumber pertanian di daerah dataran subur di bagian bawah (kaki gunung). Sebaliknya, penduduk kota menganggap pegunungan memiliki nilai kegunaan yang tinggi untuk rekreasi, karena suasana alami pegunungan dapat menghilangkan penat akan hiruk pikuk suasana perkotaan.




7. Konsep Pola
Geografi mempelajari pola-pola, bentuk, dan persebaran fenomena di permukaan bumi. Geografi juga berusaha memahami makna dari pola-pola tersebut serta berusaha untuk memanfaatkannya. Pola berkaitan dengan susunan, bentuk, dan persebaran fenomena dalam ruang muka bumi. Fenomena yang dipelajari adalah fenomena alami dan fenomena sosial. Fenomena alami seperti aliran sungai, persebaran vegetasi, jenis tanah, dan curah hujan. Fenomena sosial misalnya, persebaran penduduk, mata pencaharian, permukiman, dan lain-lain. Contoh penerapan konsep pola di kawasan perkotaan yaitu, manusia membangun kawasan permukiman dengan pola sedemikian rupa agar memudahkan masyarakat mencapai tempat kerja, sekolah, pasar, sehingga mudah menciptakan kehidupan sehari-hari yang nyaman dan sejahtera.

8. Konsep Deferensial Areal
Wilayah pada hakekatnya adalah suatu perpaduan antara berbagai unsur, baik unsur lingkungan alam ataupun kehidupan. Hasil perpaduan ini akan menghasilkan ciri khas bagi suatu wilayah (region). Misalnya, wilayah pedesaan dengan corak khas area persawahan sangat berbeda dengan wilayah perkotaan yang terdiri atas area permukiman, pusat-pusat perdagangan dan terkonsentrasinya berbagai utilitas kehidupan.
Wilayah pedesaan dan perkotaan ini secara bersama-sama dan terus-menerus mengalami perubahan dari waktu ke waktu (bersifat dinamis). Deferensiasi areal juga berakibat terjadinya interaksi penduduk antarwilayah, misalnya mobilisasi penduduk (trnasmigrasi, urbanisasi, imigrasi dan emigrasi), dan pertukaran barang dan jasa.

9. Konsep Interaksi/ Interdependensi
Interaksi adalah kegiatan saling mempengaruhi daya, objek, atau tempat yang satu dengan tempat lainnya. Setiap tempat mengembangkan potensi daya alamnya dan kebutuhan yang tidak selalu sama dengan tempat lain. Perbedaan tersebut mengakibatkan terjadinya interaksi dan interdependensi antar wilayah. Interaksi antara daerah pedesaan dan perkotaan sangat penting peranannya untuk pemenuhan kebutuhan hidup diantara keduanya. Bentuk interaksi tersebut misalnya proses pengangkutan hasil pertanian dari desa ke kota, dan proses pengangkutan mesin pertanian dari kota ke desa. Interaksi juga terjadi antara kota yang satu dengan kota yang lain baik dalam bentuk pertukaran barang dan jasa, maupun perpindahan penduduk. Interaksi keruangan terjadi antar unsur atau fenomena setempat dengan fenomena alam ataupun kehidupan.

10. Konsep Keterkaitan Keruangan
 Keterkaitan keruangan atau asosiasi keruangan adalah derajat keterkaitan persebaran suatu fenomena dengan fenomena lain di suatu tempat atau ruang. Fenomena yang dimaksud adalah fenomena alam dan fenomena kehidupan sosial. Contohnya adalah ketertaikatan antara tingkat erosi dengan kesuburan tanah. Semakin besar tingkat erosi maka kesuburan tanah semakin berkurang.